Monday, February 28, 2011

Cerpen kedua yang dikirim 5 menit sebelum deadline. hehehee.

Chat Malam Itu Membuatku Ingin Membuktikan Keyakinanku pada Dunia

Bip, terdengar suara dari komputer saya. Ternyata ada pesan dari teman saya yang muncul di chat akun facebook saya. “assalamu’alaikum”, itulah yang tampil di kotak tempat chat. Lalu saya jawab “wa’alaikumsalam”. Wah, ternyata yang menyapa itu adalah teman lama saya. Saya lalu bertanya bagaimana aktifitas dia sekarang, mengenai kuliah, kesibukan, dan lain-lainnya. Seru sekali obrolan saat itu. Tiba-tiba dia mengirimkan suatu link ke kotak chat tersebut. Saya buka link itu, ternyata isinya tentang pelatihan gratis mengenai hidup berkah. Lalu saya bertanya kepada teman saya itu, “apa ini?” dia bilang itu adalah pelatihan mengenai cara menggapai hidup berkah sesuai ajaran islam. Dia baru saja selesai mengikuti pelatihan tersebut. saya pun tertarik untuk membahas pelatihan tersebut. Bagaimana pelatihan itu, dan apa saja yang didapatkan selama pelatihan. Akhirnya kami mengobrol mengenai pelatihan itu. Dia membagikan apa yang didapatkan selama pelatihan tersebut. banyak sekali poin-poin menarik mengenai permasalahan diri yang sering dijumpai, sampai pada masalah umat Islam secara keseluruhan yang menimbulkan pertanyaan mengapa umat Islam tidak maju-maju, padahal di Indonesia sendiri jumlahnya paling banyak. Mengapa sampai saat ini Islam belum bisa menjalani peran sebagai rahmat bagi seluruh umat. Diskusi itupun semakin mengalir. Dia menanyakan mengenai apakah bisa sesuatu hal dikerjakan tidak 100%? Analoginya adalah kasih sayang orang tua, apakah mau jika kita hanya mendapat kasih sayang orang tua sebesar 99%, lalu bagaimana hukumnya jika membasuh tangan tidak mencapai sikut ketika berwudhu, apakah sah. Itulah beberapa analogi yang diberikan mengenai 100%, inti dari poin ini adalah totalitas. Inilah salah satu penyebab mengapa Islam belum bisa menjadi rahmat bagi seluruh umat maupun seluruh alam. Kesalahan di sini bukan terletak pada ajaran Islamnya yang sudah sangat sempurna, melainkan pada umat Islam generasi sekarang yang kurang memahami Islam secara menyeluruh. Hanya tahu permukaan saja, paham sebagian, mengerjakan sebagian saja, tidak totalitas. Menurut dia, dalam pelatihan itu mereka diajarkan untuk totalitas dalam apapun baik dalam niat maupun dalam menjalankan proses hingga mendapatkan hasil akhir, semuanya harus 100%. Ada slogannya, 100% atau tidak sama sekali “100% or NONE”.

Obrolan kami berkembang dari materi pelatihan ke permasalahan umat Islam yang sering kami jumpai pada umumnya. Walaupun dengan topic berbeda, ternyata materi-materi pelatihan tersebut juga berhubungan dengan permasalahan Umat islam yang sedang berkembang saat ini dan cara mengatasinya. Pembahasan berlanjut ke poin berikutnya, yaitu mengenai komitmen. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab mengapa Islam saat ini belum menjadi rahmat bagi seluruh umat. Lihat saja, kebanyakan umat Islam, terutama di Indonesia, hanya bekerja sebagai buruh, dan pekerja. Sedikit sekali yang maju sebagai pengusaha sukses, ilmuwan yang handal, dokter yang berjiwa sosial tinggi atau pekerjaan lain yang lebih dari sekedar buruh atau pekerja. Di sini saya bukan bermaksud untuk meninggikan beberapa pekerjaan dan merendahkan yang lainnya, tetapi saya berusaha membuka mata atau pandangan umat Islam saat ini bahwa sebenarnya kita mampu lebih dari itu, kita telah memiliki modal yang sangat besar, yaitu keyakinan terhadap Allah swt, kita sudah memiliki model paling baik, yaitu Rasulullah saw, dan kita sudah memiliki pedoman yang paling sempurna yang akan terjaga sampai akhir zaman, yaitu alquranul karim. Modal kita sudah begitu besar, lantas mengapa kita tidak bisa bangkit, mengapa kita selalu di bawah. Mungkin komitmen kita terhadap modal-modal yang saya sebutkan sebelumnya masih perlu dipertanyakan. Mungkin kita belum bisa berkomitmen terhadap janji kita kepada diri kita sendiri untuk maju, kita belum bisa berkomitmen untuk keluar dari zona nyaman kita dan mengambil resiko, belum bisa berkomitmen untuk menyerahkan diri kita sepenuhnya untuk tunduk dan patuh kepada ajaran Islam dan masih kalah dengan godaan hawa nafsu, dan komitmen-komitmen lainnya.

Poin selanjutnya dalam obrolan kita malam itu adalah pembenaran atau alasan, umat Islam saat ini lebih senang memberi alasan dan melakukan pembenaran terhadap apa yang dilakukannya daripada membuat suatu perubahan atau perbaikan. Contohnya saja begini, seorang mahasiswa yang kuliahnya padat ditanya apakah suka membaca al-quran? Jawabannya tidak, soalnya kan saya sibuk, yang penting kan pengamalannya bukan bacanya. Okey, memang benar pengamalan lebih utama, tapi dasar dari pengamalannya tersebut kan berasal dari al-quran yang harus dibaca dan dipahami dulu agar menghasilnya pengamalan yang baik, benar, dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah swt. Mungkin ilustrasi ini kurang mengena, bisa dipikirkan dan dikembangkan sendiri oleh para pembaca. Kurang lebih gambaran seperti itu yang bisa saya berikan.

Selanjutnya, ujar teman saya, umat Islam saat ini sudah pasrah pada keadaan dan senang hidup seadanya saja, tidak ada hasrat untuk berbuat lebih, menghasilkan suatu inovasi. Hanya sebagai follower, ikut-ikutan, masih mending kalo ikut-ikutannya dalam jalur yang benar seperti berbisnis dll, ini mah sampai budaya pun ikut-ikutan. Seperti sudah kehilangan identitas. Baik dari segi pakaian, perilaku, bahkan sampai pemikiran dan sistem.  Padahal Islam telah mengatur semua itu dengan lengkap dan sempurna. Semua unsur-unsur kehidupan dari hal terkecil ada dalam al-quran, tinggal mau mengkaji dan mengaplikasikannya atau tidak.

Selain poin-poin tersebut, kami coba menggali masalah-masalah lain yang menyebabkan umat Islam begini. Dalam obrolan itu, teman saya berpendapat bahwa umat Islam pada saat ini justru tidak mengenali Islam itu sendiri. Sepertinya islam hanya sebagai agama saja, tidak lebih. Mereka tidak mengerti apa sebenarnya Islam, apa yang Allah kehendaki dari Islam, bagaimana Islam bisa menjadi rahmat bagi seluruh Umat dan bagi seluruh alam. Mereka hanya tau saya sebagai orang islam punya kewajiban untuk solat, puasa, zakat dan naik haji. Oke, mereka solat, tapi apakah mereka tau esensi dari solat itu apa, apa yang mereka baca di saat solat, apakah hanya ucapan-ucpan yang sama sekali tidak mereka pahami maksudnya, kalau begitu, bagaimana solat bisa mencegah dari perbuatan mungkar jika esensi dari solat itu sendiri tidak dipahami, hanya sekedar melakukan gerakan, membaca bacaan solat, menuntaskan kewajiban. Begitu pula dengan puasa, zakat, haji, dll. Astaghfirullahal’azhiim.

Selain dari poin-poin di atas yang saya diskusikan dengan teman saya tadi, mungkin masih banyak poin yang menyebabkan umat Islam pada saat ini masih belum berklembang, belum bisa menjalankan perannya sebagai rahmat bagi seluruh umat. Karena, bagaimana Islam bisa menjadi rahmat bagi seluruh umat jika komponen terpenting dari islam itu sendiri yang mencitrakan islam dengan pengamalannya yaitu umat islam sendiri tidak memahami betul apa itu Islam dan bagaimana Islam bisa menjadi rahmat bagi seluruh umat dan bagi seluruh alam. Apalagi mengaplikasikannya.

Menurut saya, dari hasil diskusi dengan teman saya tersebut, keempat poin yang saya uraikan di atas yaitu totalitas, komitmen, pembenaran atau alasan, serta pasrah pada keadaan  dan kurangnya pemahaman menjadi poin-poin utama yang  menyebabkan umat islam belum bisa menunjukkan perannya sebagai rahmat bagi seluruh umat. Untuk itu, diperlukan sebuah pemahaman menyeluruh mengenai Islam yang akan melahirkan komitmen dari pengikut Islam yang sesungguhnya, yang melahirkan totalitas 100% dalam menegakkan Islam dan dalam upaya mewujudkan islam sebagai rahmat bagi seluruh umat berdasarkan pemahaman yang telah mereka pelajari dari pengalaman dan sumber ajaran agama islam tersebut, yaitu Al-Qur’an, dengan mengikuti pola perjuangan sesuai sunnah rasulNya, dan beruswah kepada Rasulullah saw, Uswatun Hasanah. Tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak segera bangkit dari keterpurukan, dan kepasrahan terhadap keadaan Islam saat ini. hal ini tentu tidak bisa kita lakukan sendirian, perlu usaha untuk membuat para umat Islam paham dengan ajaran Islam, ajaran agama mereka, dan mau berkomitmen terhadap itu, totalitas bersama saudara-saudaranya dalam barisan Islam yang teratur.

Kesimpulan tersebut akhirnya menutup obrolan dan diskusi pada malam itu. Sungguh sangat menginspirasi, membuka pandangan mengenai Islam, dan menimbulkan semangat untuk ikut berperan dalam membangkitkan kejayaan Islam. Dan pada saat itu kami bersama-sama menyepakati untuk akan ikut berperan dalam membuktikan bahwa Islam bisa menjadi rahmat bagi seluruh umat.

#dari obrolan ringan yang dimodifikasi pada beberapa bagian.

wallahu'alam
just what is on my mind. :)
smoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment