Tuesday, November 26, 2013

http://mikisi.blogspot.com/2012/02/space-cadet-series-blue-galaxy-notebook.html

omo omooo!

Friday, November 22, 2013

Persiapan Nikah

Kultwit Nikah Dari Salim A Fillah

1. Dalam isyarat Nabi tentang #Nikah, ialah sunnah teranjur nan memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian cinta-syahwati.


2. Maka #Nikah sebagai ibadah, memerlukan kesiapan & persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau. “Ba’ah” adalah parameter kesiapannya.

3. Maka berbahagialah mereka yang ketika hasrat #Nikah hadir bergolak, sibuk mempersiapkan kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan.

4. Persiapan #Nikah hendaknya segera membersamai datangnya baligh, sebab makna asal “Ba’ah” dalam hadits itu adalah “Kemampuan seksual.”

5. Imam Asy Syaukani dalam Subulus Salam, Syarh Bulughul Maram menambahkan makna “Ba’ah” yakni: kemampuan memberi mahar & nafkah. #Nikah

6. Mengompromikan “Ba’ah” di makna utama (seksual) & makna tambahan (mahar, nafkah), idealnya anak lelaki segera mandiri saat baligh. #Nikah

7. Jika kesiapan #Nikah diukur dengan “Ba’ah”, maka persiapannya adalah proses perbaikan diri nan tak pernah usai. Ia terus seumur hidup.

8. Izinkan saya membagi Persiapan #Nikah dalam 5 ranah: Ruhiyah, ‘Ilmiyah, Jasadiyah (Fisik), Maaliyah (Finansial), Ijtima’iyah (Sosial)

9. Persiapan #Nikah perlu start awal. Salim nikah usia 20 th, tapi karena persiapannya dimulai umur 15 th, maka tak bisa disebut tergesa.

10. Sebaliknya, ada orang yang #Nikah-nya umur 30 th, tapi persiapan penuh kesadaran baru dimulai umur 29,5 th. Itu namanya tergesa-gesa.

11. Kita mulai dari yang pertama; Persiapan Ruhiyah. Ialah nan paling mendasar. Segala persiapan #Nikah lainnya berpijak pada yang satu ini.

12. Persiapan Ruhiyah (Spiritual) ada pada soal menata diri menerima ujian & tanggungjawab hidup nan lebih berlipat, berkelindan. #Nikah

13. (QS Ali Imran 14): Sebelum nikah ujian kita linear: pasangan hidup. Begitu #Nikah berjejalin: pasangan, anak, harta, gengsi, investasi.

14. Sebelum #Nikah, grafik hidup kita analog dengan amplitudo kecil. Setelah menikah, ia digital variatif; kalau bukan NIKMAT, ya MUSIBAH.

15. Maka termakna jua dalam Persiapan Ruhiyah terkait #Nikah adalah kemampuan mengelola SABAR dan SYUKUR menghadapi tantangan-tantangan itu.

16. SABAR & SYUKUR itu semisal tentang pasangan; ia keinsyafan bahwa tak ada yang sempurna. Setiap orang memiliki lebih & kurangnya. #Nikah

17. Khadijah itu lembut, penyabar, penuh pengertian, & dukung penuh perjuangan. Tapi tak semua lelaki mampu beristeri jauh lebih tua. #Nikah

18. ‘Aisyah: cantik, cerdas, lincah, imut. Tapi tak semua lelaki siap dengan kobar cemburunya nan sampai banting piring di depan tamu #Nikah

19. Persiapan Ruhiyah #Nikah adalah mengubah ekspektasi menjadi obsesi. Dari harapan akan apa nan diperoleh, menuju nan apa akan dibaktikan.

20. Jika #Nikah masih terbayang sbb: lapar ada yang masakin, capek ada yang mijitin, baju kotor dicuciin. Itu ekspektasi. Bersiaplah kecewa.

21. Ekspektasi macam itu lebih tepat dipuaskan oleh tukang masak, tukang pijit, & tukang cuci;) Ber-obsesilah dalam #Nikah. “Apa obsesimu?”

22. Obsesi sebagai Persiapan Ruhiyah #Nikah semisal: Bagaimana kau akan berjuang sebagai suami/isteri ayah/ibu untuk mensurgakan keluargamu?

23. Usai itu, di antara persiapan Ruhiyah #Nikah adalah menata ketundukan pada segala ketentuanNya dalam rumahtangga & masalah-masalahnya.

24. Lalu persiapan ‘Ilmiyah-Tsaqafiyah (Pengetahuan) #Nikah, meliput banyak hal semisal Fiqh, Komunikasi Pasangan, Parenting, Manajemen, dll

25. Bukan Ustadz-pun, tiap muslim harus sampai pada batas minimal lmu syar’i nan dibutuhkan dalam berhidup, berinteraksi, berkeluarga #Nikah

26. Lalu tentang komunikasi pasangan; seringnya masalah rumahtangga bukan krn ada maksud jahat, melainkan maksud baik nan kurang ilmu #Nikah

27. Sungguh harus diilmui bahwa lelaki & perempuan diciptakan berbeda dengan segala kekhasannya, untuk saling memahami & bersinergi. #Nikah

28. Contoh beda hadapi masalah & tekanan; Wanita: berbagi, didengarkan, dimengerti. Lelaki: menyendiri, kontemplasi, rumuskan solusi #Nikah

29. Bayangkan jika perbedaan itu dibawa dalam sikap dengan asumsi: “Aku mencintaimu seperti aku ingin dicintai” Konflik pasti meraja. #Nikah

30. ->Suami pulang dgn masalah berat disambut isteri yg memaksa ingin tahu & dengar problemnya, padahal ia ingin sendiri & bersolusi. #Nikah

31. Lihatlah Khadijah saat Muhammad pulang dr Hira’ dengan panik & resah. Dia tak bertanya, dia sediakan ruang sendiri & kontemplasi. #Nikah

32. Sebaliknya-> Isteri yg sdg ingin didengar lalu curhat ke suami, suami malah tawarkan solusi. Padahal dia hanya ingin dimengerti. #Nikah

33. Isteri: Mas aku capek, rumah berantakan bla-bla-bla. Suami: OK, kita cari pembantu. I: O, jadi aku dianggap pembantu?!. S: Lho?! #Nikah

34. BEDA: Istri cerita untuk ringankan beban hatinya. Dimengerti itu solusi > Jawab suami: Oh, kalau gitu biar nanti Salma pulang sendiri” Dijamin para isteri gondok, sebab maksudnya: Tolong jemput Salma! #Nikah

38. BEDA. Bagi suami masalah hrs disederhanakan (Spiral ke dalam). Bagi isteri, tiap detail & keterkaitan sgt penting (Spiral keluar) #Nikah

39. Dan banyak lagi BEDA yang jk tak diilmui potensial jd masalah serius. Lengkapnya di Bahagianya Merayakan Cinta #BMC http://bit.ly/gW5rG4

40. Next: Parenting. Waktu kita sempit; belum puas belajar jd suami/isteri, tiba-tiba sdh jd ayah/ibu. Maka segeralah belajar jd Ortu #Nikah

41. Anak adl karunia yg hiasi hidup, amanah (lahir dalam fitrah, kembalikan ke Allah dalam fitrah), pahala, sekaligus fitnah (ujian). #Nikah

42. Maka mengilmui hingga detail-detail kecil soal parenting adalah niscaya. ie Hadits: renggutan kasar pd bayi membekas di jiwa. #Nikah

43. Uji kecil buat calon ibu & ayah: “Apa yang anda lakukan saat anak lari-larian di depan rumah lalu GABRUSS, jatuh berdebam?” #Nikah

44. LAZIM: “Sudah dibilang, jangan lari-lari! Tuh, jatuh kan!” -> Anak belajar utk menganggap dirinya selalu bersalah dalam hidupnya. #Nikah

45. LAZIM: “iih, batunya nakal ya Nak! Sini Ibu balaskan!” -> Anak belajar salahkan keadaan sekitar utk excuse dr kurangnya ikhtiyar. #Nikah

46. LAZIM: “Hm, nggak apa-apa, nggak sakit, cuma kayak gitu!” -> Ketakpekaan. Hati-hati dibalas saat kita sdh tua & sakit-sakitan;P #Nikah

47. Alangkah bahaya tiap huruf dari lisan bg masa depan anak kita. Latihlah dia agar lempang (tanpa dusta & tipu) dlm taqwa (QS 4: 9) #Nikah

48. Kita masuk persiapan Jasadiyah (Fisik) untuk #Nikah. Ini jua perkara penting sebab terkait dengan keamanan, kenyamanan, & ketenagaan.

49. Awal-awal, periksa & konsultasilah ke dokter atas termungkinnya sgl penyakit tubuh, lebih-lebih nan terkait kesehatan reproduksi #Nikah

50. Per #Nikah-an itu utuh di segala sisi diri, maka menjalani terapi & rawatan tertentu untuk membaikkan fisik adalah jua hal yang utama.

51. Fisik kita & pasangan bertanggungjawab lahirkan generasi penerus yang lebih baik. Maka perbaiki daya & staminanya sejak sekarang. #Nikah

52. Perbaiki pola asup, tata gizi seimbang. Allah akan mintai tg jawab jajan sembarangan jika ia jadi sebab jeleknya kualitas penerus #Nikah

53. Bangun kebiasaan olahraga ilmiah; tak asal gerak tapi membugarkan, menyehatkan, melatih ketahanan. Tugas fisik berlipat 3 setelah #Nikah

54. Jadi, target persiapan fisik #Nikah itu 3 tingkatan; PRIMER: sehat & aman penyakit, SEKUNDER: bugar & tangkas, TERSIER: beauty & charm;)

55. Selanjutnya, persiapan Maliyah (finansial), ini yang paling sering menghantui & membuat ragu sepertinya. Padahal ianya sederhana. #Nikah

56. Yang tepat bicara persiapan Maliyah ini sebenarnya Ust. @ahmadgozali, izinkan Salim lancang singgung sedikit dgn ilmu nan dangkal #Nikah

57. Konsep awal; tugas suami adalah menafkahi, BUKAN mencari nafkah. Nah, bekerja itu keutamaan & penegasan kepemimpinan suami. #Nikah

58. Ingat & catat: Persiapan finansial #Nikah sama sekali TIDAK bicara tentang berapa banyak uang, rumah, & kendaraan yang harus anda punya.

59. Persiapan finansial #Nikah bicara tentang kapabilitas hasilkan nafkah, wujudnya upaya untuk itu, & kemampuan kelola sejumlah apapun ia.

60. Maka memulai per #nikah-an, BUKAN soal apa anda sudah punya tabungan, rumah, & kendaraan. Ia soal kompetensi & kehendak baik menafkahi.

61. ‘Ali ibn Abi Thalib memulai #Nikah bukan dari nol, melainkan minus: rumah, perabot, dll dari sumbangan kawan dihitung hutang oleh Nabi.

62. Tetapi ‘Ali menunjukkan diri sebagai calon suami kompeten; dia mandiri, siap bekerja jadi kuli air dengan upah segenggam kurma. #Nikah

63. Maka sesudah kompetensi & kehendak menafkahi yang wujud dalam aksi bekerja -apapun ia-, iman menuntun: #Nikah itu buat kaya (QS 24: 32)

64. Agak malu, Salim juga minus saat nikah; hutang yang terrencanakan terbayar dalam 2 tahun menurut proyeksi hasil kerja saat itu. #Nikah

65. Tetapi Allah Maha Kaya, dan #Nikah menjadi pintu pengetuknya. Hadirnya isteri menjadi penyemangat; hutang itu selesai dalam 2 bulan.


66. Buatlah proyeksi nafkah #Nikah secara ilmiah & executable, JANGAN masukkan pertolongan Allah dlm hitungan, tapi siaplah dgn kejutanNya;)

67. Kemapanan itu tidak abadi. Saya memilih #Nikah di usia 20 saat belum mapan agar tersiapkan isteri untuk hadapi lapang maupun sempitnya;)

68. Bahkan ketidakmapanan yang disikapi positif menurut penelitian Linda J. Waite (Psikolog UCLA), signifikan memperkuat ikatan cinta #Nikah

69. Ketidakmapanan nan dinamis menurut penelitian Karolinska Institute Swedia, menguatkan jantung, meningkatkan angka harapan hidup. #Nikah

70. Karolinska Institute: kemapanan lemahkan daya tahan jantung thd serangan. Di Swedia, biasanya yang kena infark langsung wafat PNS #Nikah

71. Sebuah per #Nikah-an yang utuh punya visi & misi kemasyarakatan untuk menjadi pilar kebajikan di tengah kemajemukan suatu lingkungan.

72. Untuk itu, mereka yang akan me #Nikah hendaknya mengasah keterampilan sosialnya jauh-jauh hari, sekaligus sebagai bagian pendewasaan.

73. Membiasakan mengkomunikasikan prinsip-prinsip nan diyakini terkait per #Nikah-an & kehidupan kepada Ortu bisa jadi bagian dari latihan.

74. Prinsip Quran tentang hubungan dengan Ortu ialah ‘persahabatan’, Wa Shaahibhuma (QS Luqman 15). Gunakan itu untuk dewasakan diri. #Nikah

75. Maka kadang Salim menilai kedewasaan kawan yang ingin me #Nikah dengan keberhasilannya untuk komunikasikan prinsip pada Ortu scr ma’ruf.

76. Persiapan kemasyarakatan: kumpulkan modal sosial sebanyak-banyaknya; bahasa, ilmu sosio-antropologis, kelincahan organisasi, dll. #Nikah

77. Per #Nikah-an kita harus hadir sbg pengokoh kebajikan masyarakat, bukan beban ataupun pelengkap-penderita. Utama lagi, jadi pelopor.

78. Mulailah dgn perkenalan berkesan pada lingkungan. Saat walimah nanti; tetangga rumah tinggal setelah #Nikah adl yg plg berhak diundang.

79. Jika harus pindah tempat tinggal, mulai jg dgn perkenalan. Pr tokoh: datangi silaturrahim. Masyarakat umum: undang tasyakuran. #Nikah

80. Stl itu, target besarnya adl menjadikan pintu rumah kita sbg yang plg pertama diketuk saat masyarakat sekitar memerlukan bantuan. #Nikah

81. Tentu berat menopangnya sendiri. Mk yang harus kita punya bkn hanya ASET, melainkan juga AKSES. Bangun jaringan slg menguatkan. #Nikah

82. Ilmuilah bgmn cr menguruskan jaminan kesehatan miskin, beasiswa tak mampu, biaya RS, mobil jenazah gratis, dll DEMI TETANGGA KITA #Nikah

83. Tampillah sbg yang penting & bermanfaat dlm hajat-hajat kebahagiaan maupun duka tetangga, juga rayaan-rayaan sosial-masyarakat. #Nikah

84. Tampillah sbg yang terbaik sejangkau suai kemampuan; Imam Masjid, muadzin, Guru TPA, Bendahara RT, Ketua RW, Pendoa jenazah, dst #Nikah

85. Tampillah sbg nan paling besar kontribusi dlm kebaikan-kebaikan sosial: Agustusan, Syawalan, Kerja Bakti, Arisan, Pengajian, dst #Nikah

86. Ringkas kata untuk persiapan sosial #Nikah ini adalah bermampu diri utk menjadi pribadi & keluarga yg AMAN, RAMAH, BERMANFAAT :-) #Nikah

87. Tuntaslah KulTwit Persiapan #Nikah yg diambil dr bagian awal buku Bahagianya Merayakan Cinta #BMC http://bit.ly/gW5rG4 Semoga manfaat;)
-end-


sumber: http://follow4ku.wordpress.com/2011/01/04/kultwit-nikah-dari-salim-a-fillah/  via FB Ahliana Afifati S

Thursday, November 21, 2013

wa Rahmah... (tamat)

JUARANEWS – Keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rahmah(Samara) adalah sebagai tanda kekuasaan Allah. Keluarga Samara itu terwujud adalah kuasa Ilahy, tetapi manusia diwajibkan untuk mengusahakannya. Keluarga Samara terbentuk adalah kehendak Ilahy, tetapi manusia wajib merencanakannya. 

Firman Allah Ta’ala: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar-Rum (30) ayat 21)

Keluarga Wa Rohmah
Wa Rohmah artinya adalah kasih sayang yang abadi hingga berlabuh di surga. Dimana suami dan istri membangun rumah tangganya dengan didasari oleh saling menyayangi selamanya.
Ketika diawal pernikahan dimulai dengan mawaddah atau ketertarikan (kecintaan) karena Allah ta’ala, kadang diperjalanan rumah tangga terjadi dinamika yang tak disangka sejak awal. Rohmah adalah kekuatan yang menjamin tetapnya kecintaan dan kasih saying walau seberat apapun dinamika itu terjadi. Tanpa adanya Rohmah seringkali rasa cinta yang sejak awal dibangun luntur, atau bahkan sirna samasekali.

Untuk menjamin agar Rohmah (rasa kasih sayang) menjadi abadi, hingga kecintaan suami dan istri menjadi lestari sampai hari akhir, maka rasa cinta kepada pasangan harus ditundukan kepada sang pemilik Cinta yang sejati yaitu ALLAH TA’ALA.

Rasa cinta kepada pasangan hidup yang telah ditundukan kepada pemilik cinta sejati adalah dengan sebangunnya visi bersama. Visi itu adalah Meraih kasih sayang (Rohmah Allah) danRidha Allah Ta’ala.

Keluarga yang telah sama visinya yaitu Mardhatillah (ridha Allah), maka semua gerak dan dinamika keluarga akan diarahkan kepada satu tujuan, yaitu bagaimana agar Allah meridhainya.

Jika datang kemiskinan atau musibah lainya, maka konsentrasi suami dan istri adalah bahu membahu bagaimana dengan kemiskinan ini Allah meridhainya, dan Allah akan ridha jika kita sabar. Maka kesabaran menjadi konsentrasi geraknya. Tetapi jika tidak ada visi mencari Ridha Allah, maka suami istri akan sibuk berkeluh kesah dan saling menyalahkan.
Jika datang kekayaan atau nikmat, maka konsentrasi suami istri adalah bahu membahu ; bagaimana dengan kekayaan ini Allah meridhainya, dan Allah akan ridha jika kita syukur. Maka kesyukuran menjadi konsentrasi geraknya. Tetapi jika tidak ada visi mencari Ridha Allah, maka suami istri akan sibuk berpoya-poya dan saling membanggakan atau merasa paling berjasa.

Keluarga wa Rohmah adalah keluarga yang sudah sepakat dan berkeras mencapai visi bersama Mardhatillah (ridha Allah). Sehingga kecintaan kepada pasangan akan lestari terjaga hingga hari akhir, tidak berhenti kecintaannya didunia saja, atau berhenti karena tragedi dan musibah yang menimpanya.

Keluarga wa Rohmah adalah keluarga yang suami dan istri saling mencintai dan saling meridhai. Jika suami dan istri sudah saling meridhai maka kesalahan-kesalahan kecil dalam perjalanan rumah tangga akan dibalut dengan kekuatan cinta dan saling memaafkan. Bahkan jika kesalahan besarpun terjadi maka pintu permaafan akan mudah dilalui bersama. Karena visinya yang tajam yaitu meraih Ridha Allah. Ridha Allah menjadi besar dalam visi (pandangannya) semntara kasus dan tragedi dalam rumah tangga menjadi kecil dalam visinya.

Membangun keluarga yang wa Rohmah, yaitu keluarga yang menjamin pasangan suami dan istri menjadi saling menyayangi dan meridhai selamanya. Penajaman visi mardhatillah menjadi proses yang terus menerus perlu dilakukan.*** tamat >> (waiman Abdurrahman).

Friday, November 1, 2013

Mawaddah... (lanjutan)

JUARANEWS – Keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rahmah(Samara) adalah sebagai tanda kekuasaan Allah. Keluarga Samara itu terwujud adalah kuasa Ilahy, tetapi manusia diwajibkan untuk mengusahakannya. Keluarga Samara terbentuk adalah kehendak Ilahy, tetapi manusia wajib merencanakannya. Firman Allah Ta’ala: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar-Rum (30) ayat 21)

Keluarga Mawaddah
Mawaddah artinya adalah ketertarikan atau kecintaan yang mendalam. Dimana suami dan istri membangun rumah tangganya dengan didasari oleh saling mencintai.


Sudah menjadi naluri manuisawi bahwa manusia cenderung mencintai lawan jenisnya, mencintai kekayaan dan perniagaannya (QS Ali Imran (3) ayat 14). Tetapi merupakan naluri imani jika kecintaan kepada lawan jenis, kekayaan dan perniagaan tersebut dihubungkan secara positif dengan keimanan dan ketaqwaannya (QS Ali Imran (3) ayat 15).

Sebagaimana Sakinah, Mawaddah juga bukan terminology yang bebas nilai atau netral, tetapi syarat nilai imani. Kecintaan yang didasari keimanan dan ketaqwaan seseorang adalah kecintaan karena Allah Ta’ala. Jadi, Mawaddah itu bukan kecintaan kepada lawan jenis yang bersifat alamiyyah tapi harus merupakan kecintaan yang Ilahiyyah. Kecintaan yang bukan hanya karena parasnya yang cantik atau karena hartanya yang banyak, atau bukan karena jabatannya yang tinggi, tetapi semata-mata karena cintanya kepada Allah ta’ala.

Mawaddah adalah kecintaan yang dibimbing oleh Allah, Rasul dan pimpinan orang beriman (QS An-Nisa (4) ayat 59). Diantara bimbingan Rasulullah adalah sabdanya: “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
Rasulullah SAW mengungkap 4 motivasi orang dalam menentukan pilihan pasangan hidupnya;
  1. Karena kecantikan atau ketampanan wajahnya
  2. Karena kekayaannya
  3. Karena keturunannya
  4. Karena keimanan dan Akhlaqnya.
Hanya saja, kemudian Rasulullah membimbing agar memilih karena Keimanan dan akhlaqnya (agamanya), sebab itulah yang menyebabkan engkau bahagia. Inilah kiranya Mawaddah, rasa cinta kepada lawan jenis karena Allah ta’ala, yaitu dengan melihat keimanan dan akhlaqnya yang mulia.

Membangun keluarga yang Sakinah, yaitu keluarga yang menjamin pasangan suami dan istri menjadi tenang dan tentram dalam mengabdi (ibadah), sebaiknya dimulai sejak awal, yaitu sejak menentukan pilihan pasangan hidup. Jatuhkan pilihan karena kecintaan kepada Allah, yaitu memilih calon pasangan dengan melihat keimanan dan akhlaqnya yang mulia. *** bersambung >> (waiman Abdurrahman).

source : http://juaranews.com/insight/keluarga-sakinah-mawaddah-dan-rahmah-2.html

Sakinah Mawaddah Warohmah

JUARANEWS – Keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rahmah(Samara) adalah sebagai tanda kekuasaan Allah. Keluarga Samara itu terwujud adalah kuasa Ilahy, tetapi manusia diwajibkan untuk mengusahakannya. Keluarga Samara terbentuk adalah kehendak Ilahy, tetapi manusia wajib merencanakannya. Firman Allah Ta’ala: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar-Rum (30) ayat 21)
Keluarga Sakinah
 
Sakinah artinya adalah ketenangan, ketentraman, kedamaian, kenyamanan. Keluarga Sakinah adalah keluarga yang dimana seluruh personil terutama suami dan istri saling member kenyamanan kepada pasangannya, sehingga tumbuh dan berkembang hubungan yang saling menentramkan dan tercipta keharmonisan rumah tangga.

Mawaddah artinya adalah ketertarikan atau kecintaan yang mendalam. Dimana suami dan istri membangun rumah tangganya dengan didasari oleh saling mencintai

Sementara Rahmah adalah kecintaan yang abadi. Yaitu kecintaan yang dibangun oleh suami istri bukan hanya sebatas didunia tetapi kecintaan yang tembus hingga akhirat.

Akan tetapi Sakinah, Mawaddah dan Rahmah bukanlah terminology yang bebas nilai atau netral, tetapi terminology yang syarat nilai. Allah SWT menggambarkan keluarga Sakinah itu misalnya dengan keluarga Ibrahim.

N. Ibrahim dengan istrinya Hajar, adalah profil pasutri yang sakinah. Lihat ketika Ibrahim AS mencanangkan Makkah sebagai Baladan Amina , yaitu negri yang aman, tentram dan diridhai Allah (QS Al-Baqarah ayat 126). Dan untuk kepentingan perintisan dakwah dinegri tersebut, perlu di tempatkan kader terbaik. Rupanya pilihan justru jatuh kepada Istrinya sendiri, Hajar, yang baru saja melahirkan seorang anak yang sudah lama diidam – idamkan Ibrahim AS. Padahal saat itu Makkah masih berupa lembah tandus yang mengerikan dan Siti Hajar baru saja melahirkan (QS Ibrahim ayat37).

Apa yang terjadi?. Ibrahim dengan tenang memilih Siti Hajar istrinya sendiri yang baru saja melahirkan, yang justru ditugaskan oleh Ibrahim AS sendiri sebagai Pimpinan Umat Islam pasa masa itu, di lembah yang mengerikan.

Tidak ada pemberontakan, tidak ada penolakan, tidak ada keluhan dari Siti Hajar yang masih lemah secara pisik maupun psikis selepas melahirkan. Inilah profil keluarga yang sakinah, keluarga yang tenang dan harmonis dalam menunaikan tugas pengabdian (ibadah). Saling mendukung, saling mensupport dalam menunaikan tugas pengabdian. Walaupun dengan demikian Siti Hajar harus berpisah sementara belasan tahun, dengan Ibrahim AS, karena misi pengabdiannya yang sebangun.

Sakinah adalah keluarga yang tenang dan harmonis dalam menjalankan tugas pengabdian (ibadah). Suami tenang dan nyaman menjalankan tugas ibadahnya karena didukung disupport oleh istrinya. Begitupun sebaliknya, Istri begitu nyaman dalam menjalankan tugas ibadahnya karena didukung oleh suaminya.

Oleh karena itu maka Keluarga Sakinah mempersyaratkan suami maupun istri yang masing masing memiliki Jiwa yang muthmainnah, yaitu jiwa yang tenang dan stabil dalam menjalankan tugas ibadahnya dan Istiqamah (konsekwen dan konsisten) dalam beribadah.

Membangun keluarga yang sakinah berarti perjuangan mengedukasi diri (pasutri) menuju jiwa yang mutmainnah dan langkah yang istiqamah. 

*noted* 

source : http://juaranews.com/insight/keluarga-sakinah-mawaddah-wa-rohmah-bagian-1.html