JUARANEWS – Keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rahmah(Samara) adalah
sebagai tanda kekuasaan Allah. Keluarga Samara itu terwujud adalah kuasa
Ilahy, tetapi manusia diwajibkan untuk mengusahakannya. Keluarga Samara
terbentuk adalah kehendak Ilahy, tetapi manusia wajib merencanakannya.
Firman Allah Ta’ala: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar-Rum (30) ayat 21)
Keluarga Sakinah
Sakinah artinya adalah ketenangan, ketentraman, kedamaian, kenyamanan.
Keluarga Sakinah adalah keluarga yang dimana seluruh personil terutama
suami dan istri saling member kenyamanan kepada pasangannya, sehingga
tumbuh dan berkembang hubungan yang saling menentramkan dan tercipta
keharmonisan rumah tangga.
Mawaddah artinya adalah ketertarikan
atau kecintaan yang mendalam. Dimana suami dan istri membangun rumah
tangganya dengan didasari oleh saling mencintai
Sementara Rahmah
adalah kecintaan yang abadi. Yaitu kecintaan yang dibangun oleh suami
istri bukan hanya sebatas didunia tetapi kecintaan yang tembus hingga
akhirat.
Akan tetapi Sakinah, Mawaddah dan Rahmah bukanlah
terminology yang bebas nilai atau netral, tetapi terminology yang syarat
nilai. Allah SWT menggambarkan keluarga Sakinah itu misalnya dengan
keluarga Ibrahim.
N. Ibrahim dengan istrinya Hajar, adalah profil
pasutri yang sakinah. Lihat ketika Ibrahim AS mencanangkan Makkah
sebagai Baladan Amina , yaitu negri yang aman, tentram dan diridhai
Allah (QS Al-Baqarah ayat 126). Dan untuk kepentingan perintisan dakwah
dinegri tersebut, perlu di tempatkan kader terbaik. Rupanya pilihan
justru jatuh kepada Istrinya sendiri, Hajar, yang baru saja melahirkan
seorang anak yang sudah lama diidam – idamkan Ibrahim AS. Padahal saat
itu Makkah masih berupa lembah tandus yang mengerikan dan Siti Hajar
baru saja melahirkan (QS Ibrahim ayat37).
Apa yang terjadi?.
Ibrahim dengan tenang memilih Siti Hajar istrinya sendiri yang baru saja
melahirkan, yang justru ditugaskan oleh Ibrahim AS sendiri sebagai
Pimpinan Umat Islam pasa masa itu, di lembah yang mengerikan.
Tidak
ada pemberontakan, tidak ada penolakan, tidak ada keluhan dari Siti
Hajar yang masih lemah secara pisik maupun psikis selepas melahirkan.
Inilah profil keluarga yang sakinah, keluarga yang tenang dan harmonis
dalam menunaikan tugas pengabdian (ibadah). Saling mendukung, saling
mensupport dalam menunaikan tugas pengabdian. Walaupun dengan demikian
Siti Hajar harus berpisah sementara belasan tahun, dengan Ibrahim AS,
karena misi pengabdiannya yang sebangun.
Sakinah adalah keluarga
yang tenang dan harmonis dalam menjalankan tugas pengabdian (ibadah).
Suami tenang dan nyaman menjalankan tugas ibadahnya karena didukung
disupport oleh istrinya. Begitupun sebaliknya, Istri begitu nyaman dalam
menjalankan tugas ibadahnya karena didukung oleh suaminya.
Oleh
karena itu maka Keluarga Sakinah mempersyaratkan suami maupun istri yang
masing masing memiliki Jiwa yang muthmainnah, yaitu jiwa yang tenang
dan stabil dalam menjalankan tugas ibadahnya dan Istiqamah (konsekwen
dan konsisten) dalam beribadah.
Membangun keluarga yang sakinah
berarti perjuangan mengedukasi diri (pasutri) menuju jiwa yang
mutmainnah dan langkah yang istiqamah.
*noted*
source : http://juaranews.com/insight/keluarga-sakinah-mawaddah-wa-rohmah-bagian-1.html
No comments:
Post a Comment